2025-04-17 | admin3

Kuliner Ekstrem Aceh: Mie Caluk yang Dimasak dengan Air Sumur Tapi Jadi Kebanggaan

Di tengah ragam kuliner khas Aceh yang kaya rempah dan penuh cita rasa, ada satu makanan jalanan yang tampil sederhana, bahkan bisa dibilang ekstrem—Mie Caluk. Namanya memang tak sepopuler Mie Aceh goreng atau kuah, tapi soal loyalitas penggemar, jangan remehkan kekuatan mie satu ini. Bukan hanya karena rasanya yang unik, tapi juga karena cara pengolahannya yang ‘apa adanya’. Bayangkan saja, mie ini kerap dimasak dengan air sumur, bukan air galon atau air matang pabrik seperti di dapur modern. Tapi justru di situlah kekhasan dan kebanggaannya tumbuh.

Apa Itu Mie Caluk?

Mie Caluk adalah kuliner khas Pidie dan sekitarnya, tapi kini daftar rajazeus sudah menyebar ke hampir seluruh wilayah Aceh. Disebut “Caluk” karena cara penyajiannya yang cepat dan praktis, bisa dibilang versi “mie instan rakyat” khas Aceh. Teksturnya kenyal, mirip mie lidi, dengan warna agak kemerahan karena dilumuri bumbu sambal kacang yang gurih dan pedas.

Biasanya disajikan dengan potongan mentimun, sayur kol, kerupuk merah, dan sedikit sambal. Harganya murah meriah—dari seribu sampai tiga ribu rupiah seporsi. Cocok untuk anak sekolah, buruh bangunan, sampai pengemudi becak motor. Namun jangan salah, soal rasa, Mie Caluk sering kali lebih berkesan dibanding makanan di restoran mahal.

Air Sumur, Bukan Sekadar Hemat

Di banyak tempat di Aceh, air sumur masih menjadi sumber utama untuk memasak, terutama di rumah-rumah penduduk dan pedagang kaki lima. Air sumur yang digunakan untuk merebus Mie Caluk bukan berarti sembarangan—biasanya berasal dari sumur yang bersih, jernih, dan sudah digunakan turun-temurun.

“Air sumur itu lebih segar, lebih alami. Mie jadi lebih kenyal, rasanya beda,” ujar salah satu pedagang Mie Caluk di Sigli. Walaupun terlihat ekstrem bagi orang kota, penggunaan air sumur dalam masakan adalah bagian dari kearifan lokal yang masih dijaga. Bahkan, bagi warga setempat, justru itu yang membuat Mie Caluk “asli”.

Kebanggaan Lokal yang Tak Tergantikan

Mie Caluk bukan hanya soal makanan, tapi juga simbol kebersahajaan dan identitas rakyat Aceh. Di balik porsinya yang kecil dan tempat jualannya yang kadang hanya beralaskan kardus di pinggir jalan, tersimpan semangat hidup masyarakat yang ulet dan kreatif.

Anak-anak Aceh tumbuh dengan Mie Caluk sebagai camilan masa kecil. Banyak perantau Aceh mengaku rindu berat dengan rasa khasnya. Bahkan beberapa komunitas Aceh di luar negeri membuat Mie Caluk sebagai bagian dari temu kangen, walaupun harus memodifikasi resep dan tentunya—mengganti air sumur dengan air kemasan.

BACA JUGA: Cemilan ‘Fish Crackers’ dengan Rasa Balado & Bawang

Share: Facebook Twitter Linkedin